Setibanya aku di rumah, aku segera membersihkan diri. Lalu Nenek menyuruhku makan. “Runa, jangan lupa tempat makanmu taruh di cucian piring!” ucap Nenek.
“Baik, Nek.” Aku segera ke kamar dan mengambil tempat makan. Lalu aku membuka wadah tempat makan. Aku terkejut, ada setangkai bunga berwarna biru, padahal aku tidak menaruh apa pun ke dalam tempat makan. Di tangkainya terdapat kertas cokelat yang menempel. Aku segera mengambil kertas cokelat itu. “Oh, hanya kertas kosong.” Tak lama kemudian, di kertas itu muncul sebuah tulisan.
Kelopak bunga itu adalah kesempatanmu untuk mengetahui apa yang ingin kau ketahui dan kau akan pergi ke masa lalu jika kau membakar satu kelopak. Kau tidak boleh mengubah apa yang sudah terjadi.
“Kelopak Bunga Biru”, Amalia Izzati
__________
Angan tidak memiliki batas, sungguh. Kau bisa saja berangan tentang sebuah dunia yang sempurna, dunia yang ajaib, dunia yang hancur, atau dunia yang biasa saja. Angan tidak pernah mengekangmu untuk berimaji liar, seliar-liarnya bahkan, karena angan akan menerimanya tanpa basa-basi dan membukakan pintu dunia itu kepadamu. Maka jelajahilah, pintu-pintu berisi dunia penuh niskala itu hingga kamu puas. Ah, tetapi jangan lupa untuk selalu hati-hati di jalan.