Aku terbangun. Itu semua ternyata hanyalah mimpi dan hal terakhir yang kulihat adalah seorang anak kecil, lebih muda dariku. Ia adalah orang yang kulihat saat aku menendang kerikil. Aku termenung. Setelah bertahun-tahun nasibnya tidak berubah. Walaupun ia tidak mempunyai banyak pilihan, ia tetap melakukan pekerjaannya yang halal tanpa mengeluh. Aku tidak menyadari betapa beruntungnya aku yang bisa memilih ke mana aku ingin pergi. Masih banyak orang di luar sana yang tidak mempunyai kesempatan, tetapi tidak pernah mengeluh.
Aku telah memilihnya. Walaupun aku gagal, aku akan tetap berusaha mencapai tujuan yang kupilih. Nasi sudah menjadi bubur dan aku tidak boleh menyesalinya, karena tak semua orang mempunyai pilihan.
“Sinabung”, M. Raihan F.
__________
Alur dari hidup ini tak pernah bisa ditebak. Ketika diri ingin berbelok kanan mungkin saja alur telah menentukan kita untuk belok kiri tanpa menghiraukan jerih payah dan peluh yang kita dedikasikan supaya tubuh ini dapat berbelok kanan. Namun, nahas, takdir mempunyai rencananya sendiri dan ia tak akan membiarkan agendanya berantakan. Maka tak ada pilihan selain tubuh ini mengikuti haluannya, yang dalam prosesnya tetap membendung harapan akan keinginan kita.