Tidak mudah menjadi seorang suksesor, terlebih menyuksesi seseorang yang tiada memiliki cela dalam diri: sang nabi terakhir. Abu Bakar sadar, segala ketidakyakinannya untuk memimpin tidak akan menggoyahkan kepercayaan umat kepadanya dalam mengambil tampuk kepemimpinan. Ia menjadi sosok terpantas untuk mengurusi umat, meski tak sedikit pula yang ragu akan dirinya.
Kelemahlembutan tak lantas menjadi titik lemah seorang pemimpin, Abu Bakar mencontohkan semua itu. Ketegasan yang ia tampakkan tak menyirnakan sifat lembut hatinya dan kesantunannya tak tergerus oleh ketangkasan sebagai kepala negara. Abu Bakar memimpin umat yang mulai ragu akan Islam setelah kematian sang nabi, mereka murtad dan membolak-balikkan hukum agama. Sebuah tantangan besar bagi sosok yang pernah menemani sang nabi dalam perjalanan hijrah dari Makkah menuju Madinah.
Selamat bertualang bersama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar radhiyallaahu anhu. Semoga Allah memberkahi.