Ini adalah kisah pencarian cinta setelah seseorang kehilangan cinta pertamanya secara dramatis. Ini adalah kisah tentang kekuatan hati untuk merelakan seseorang pergi, meski dia sangat mencintai. Ini adalah kisah cinta sejati yang tak tergapai. Ini adalah kisah tentang betapa tidak berdayanya manusia dalam cengkeraman sang waktu. Dan ini adalah sebuah kisah tentang kerelaan untuk delapan belas kali patah hati hanya demi mendapatkan ketulusan hati.
***
“Cara penyampaian yang detail membuat saya seolah sedang melihat peristiwa dalam novel secara langsung, terasa hangat dan nostalgic. Sebuah cerita yang epik untuk mengajarkan bahwa cinta saja belum tentu cukup.”
—Choirun Amala, @choirunamala
“‘Satu-satunya ikatan yang sah antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram adalah pernikahan, Mas. Di luar itu, tidak ada. Apa artinya I love you. Apa artinya aku mencintaimu. Itu tidak kesatria, Mas.’ Itulah kutipan favorit saya dalam buku ini. Buku ini menceritakan berbagai kisah yang sangat dekat dengan kehidupan, terlebih saya juga merupakan alumnus STAN sehingga setiap sudut cerita dapat saya rasakan. Setiap kisah yang diceritakan dapat membuat pembaca tersenyum hingga menangis. Buku ini juga dapat menjadi perdebatan antara pembaca, #TimOvi atau #TimCahaya?”
—Ivan, @ivankatibulfaizi
“Tulisan yang bagus, membawa pembaca seolah ikut merasakan kejadian di dalam cerita. Saran: karena isi cerita tentang romantisme remaja, kalimat-kalimat puitis jangan hanya berada di awal, adakalanya tetap diselipkan di tengah dan di ujung cerita sehingga bisa ‘mengoyak-oyak’ perasaan pembaca. Proud of you ... sukses selalu.”
—Yosep Fianto, S.E., M.M., @yosep.fianto