Hal yang sejatinya ingin aku tiru darimu adalah bagaimana caramu dengan mudahnya menambatkan hati kepada orang lain setelah kau tak menginginkan lagi rasa yang ada di antara kita. Memilih dia yang kau anggap pantas dengan kriteriamu yang aku pun sampai sekarang tidak memahaminya. Aku ingin sepertimu. Sungguh. Aku juga ingin merasakan hangatnya bercengkerama dengan kata-kata manis diselingi ungkapan rindu dengan orang yang baru. Setelah tidak denganmu.
—Nay
Aku pengecut dan bodoh sekali pada waktu itu, mungkin juga sampai sekarang. Betapa gilanya aku yang mempertaruhkan persahabatan kita demi cinta (buta) yang belum tentu abadi. Bagaimana bisa dengan mudahnya aku membuang orang yang sudah baik sepertimu, Nay. Maafkan aku yang begitu tuli sampai tak bisa mendengarkan jerit batinmu karena aku yang sangat remuk kala itu. Aku pun hancur, Nay. Percayalah.
—Bagus