Ada cinta, benarkah ada cinta? Benarkah cinta itu ada? Benarkah cinta itu berwujud? Benarkah cinta itu dapat terlihat dengan mata kepala kita sendiri? Derasnya cinta, benarkah cinta dapat mengalir deras? Seperti apa aliran cinta yang deras? Bagaimana aliran derasnya cinta dapat mengalir di tanah gersang? Entahlah, semoga melalui kisah ini pula perlahan kita mengetahui makna dan hakikat cinta. Makna dan hakikat cinta versi tokoh dalam kisah ini tentunya dan semoga menginspirasi kita untuk menemukan makna dan hakikat cinta yang sesungguhnya, karena tentu setiap dari kita punya kisah cinta yang berbeda, bukan?
“Novel ini adalah autobiografi, tentang Rafif; masa kecil, sekolah, remaja, cinta, dan cita-cita luhur seorang anak manusia. Dekatnya Rafif ke masjid di seluruh periode hidupnya menegaskan betapa pentingnya masjid sebagai tempat pembinaan jiwa dan kepribadian, serta menentukan arah hidup yang tepat dari seseorang. Dan inilah salah satu kekuatan novel ini.”
—Abd. Rauf, Lc., MA., Penghulu, Konsultan Keluarga Sakinah, dan Penulis Buku-Buku Islam
“Cinta itu suci, cinta itu murni kata Slank dalam lagu ’Kuil Cinta’. Sejatinya cinta itu adalah anugerah dan mencintai seseorang bukan dosa, tetapi cinta yang suci memang harus dijaga agar tetap murni. Inilah pesan yang ingin disampaikan dalam novel Derasnya Cinta di Tanah Gersang ini. Sebuah novel yang sangat menginspirasi, tak sekadar bercerita tentang cinta sebagai layaknya novel pada umumnya, tetapi yang ditemukan adalah perjalanan hijrah dan perjuangan seorang pemuda menjaga kemurnian cintanya yang akhirnya berlabuh di dermaga suci, masjid.”
—DR. M. Ilham Muchtar, Lc., MA., Penulis, Akademisi, dan Trainer
“Kisah dalam novel penuh dinamika khas remaja yang beranjak menjadi pemuda. Ada perundungan, ada rasa tertarik kepada lawan jenis, ada kisah berburu hidayah di mana masjid menjadi salah satu latar belakang yang dominan di dalam cerita. Hingga seorang pemuda Rafif merasa bahwa hidayah dari Allah itu sangat mahal dan mesti diperjuangkan. Bagaimana memperjuangkannya? Yaitu dengan menjadi pejuang cinta sejati.”
—Tasaro GK, Penulis Novel Biografi Muhammad & Novel Al-Masih Putra sang Perawan