Dua mata itu tidak berubah, tetapi matanya melihat apa yang berubah di depannya. Pemandangan yang sudah lama tidak masuk ke dunia matanya membuatnya semangat, tetapi semangat itu berlatar belakang tentang janjinya kepada seseorang. Namanya Amira, dia terikat janji dengan kekasihnya yang sudah lama menunggunya di kampung. Namun, janji itu hancur seperti ledakan bom di penghujung akad. Amira yang sudah menepati janjinya setelah menyelesaikan studi di seberang pulau harus menerima kenyataan yang pahit setelah bertemu dengan sang kekasih.
Amira yang saat itu menjalani hidup di kampung harus bergelut dengan bayang-bayang sang mantannya yang bernama Radit. Tidak sedikit waktu yang dihabiskannya untuk bangkit lagi. Memutuskan kembali ke tanah rantau bukan hal mudah baginya. Amira harus meninggalkan sang laki-laki terhebat dalam hidupnya, penyemangat terbaik dan menjadi penyakit rindunya selama di rantau.
Amira memiliki sahabat yang sudah seperti saudara, merekalah yang selalu menyemangatinya. Amira yang sudah mulai istikamah berhijrah dari kampung juga mendapatkan dukungan dari sahabat-sabahatnya. Amira yang selalu berusaha mencari pekerjaan mengalami banyak rintangan yang harus dilaluinya. Akan tetapi rahasia Allah itu indah yang tak mampu kita ciptakan dengan imajinasi kita. Terlepas dari itu semua, ada yang membuat Amira selalu mencari tahu suara yang sudah membuatnya nyaman dan selalu tersenyum. Suara itu yang membuatnya kembali menunggu rahasia Allah selanjutnya.
Siapakah sang pemilik suara yang sudah membuat Amira merasa nyaman itu? Rasa nyaman itu mengantarkannya kembali kepada rasa sabar. Sabar yang bagaimana? Yuk, langsung dibaca 😊
Penulis
WH. Rukmana
Penyunting
Cantika Hana Hanifah
Penata Letak
Imnothex
Pendesain Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2020
vii+306hlm., 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-623-204-496-8
Cetakan pertama, Juni 2020
Harga
Rp75.000