Aku mau cerita tentang sesuatu yang perih dan menyakitkan, tetapi percayalah, kita semua mengalaminya. Sering, malah. Hanya saja, beberapa sudah terbiasa; jadi lukanya tidak terlalu terasa. Tapi buatku, yang merasa telah menggenggam erat tetapi akhirnya tetap terlepas, berpisah dan hilang, itu bukanlah sesuatu yang mudah.
Aku mau cerita kalau menyesal itu pasti datangnya belakangan. Hmm, iya iya, kamu sudah tahu ya? Oh, tapi kali ini beda. Biasanya, ada sesal yang masih punya kesempatan untuk menebus dan memohon maaf. Rupanya, penyesalan kepunyaanku tidak begitu. Aku tidak berdaya, tidak bisa melakukan apa-apa.
Aku juga mau cerita soal memperjuangkan sebuah hubungan. Hehe, meskipun pernah gagal melakukan hal itu, aku cuma ingin kalian tahu akan satu hal. Bahwa tidak perlu alasan macam-macam untuk berkorban, mengaku salah maupun memohon kembali. Tidak peduli bahwa ada teori “perempuan selalu benar” atau “laki-lakilah yang harus paling berjuang”. Kalau kamu masih mau sama-sama, harus bilang. Kalau tidak, ya ... silakan menghilang. Tapi juga tetap harus bilang.
Namaku Ruth; dan ya, aku adalah perempuan yang kehilangan.
Penulis
Nabilla Hefin
Penyunting
Ananda Dwi Rahma
Penata Letak
Niken Hapsari Cahyarini
Pendesain Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2020
vii+287hlm., 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-623-204-335-0
Cetakan pertama, Januari 2020
Harga
Rp60.000