Wahai Zat yang Mahakuasa, apakah ini nyata? tanya Zahra dalam hati. Dia terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Kenapa kamu menangis? Kamu menyesal sudah menikah denganku?" Zahra masih tertunduk, kristal hangat itu masih terus keluar. Entah apa arti butiran kristal hangat itu. Dia hanya menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kecil kepalanya.
"Aku hanya tidak menyangka bahwa itu adalah kamu."
"Kamu harus tahu, cara terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang laki-laki untuk melindungi wanita yang dicintainya sedang wanita itu belum halal baginya adalah dengan menjauhinya. Saat itu aku belum siap untuk menikah. Aku belum bisa memberikan yang selayaknya untukmu. Kupikir, setidaknya aku harus memberikan tempat berteduh untukmu. Aku harus punya tempat di mana kita nantinya akan membina rumah tangga bersama. Meskipun itu adalah sebuah gubuk kecil. Kupikir lebih baik kita punya istana kita sendiri. Jadi selama waktu itu, aku berusaha agar bisa memberikanmu tempat berteduh. Setelah itu tercapai, aku langsung menemui orang tuamu," jelas Fahmi. Kemudian dengan tangan yang gemetar, dia menghapus air mata Zahra. Tangannya benar-benar gemetar. Meski itu adalah istrinya sendiri, ini adalah kali pertamanya dia menyentuh seorang wanita selain ibunya sendiri.
"Kamu tahu? Kupikir ini adalah kisah cinta terindah yang pernah ada. Dan ini membuatku sangat bersyukur. Skenario Allah memang yang terbaik," bisik Zahra dalam dekapan Fahmi.
*****
Penulis
Slamet Priyati
Penyunting
Ayuningtyas Kurniawati
Penata Letak
Niken Hapsari Cahyarini
Penata Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2019
vi+140hlm., 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-623-204-238-4
Cetakan pertama, September 2019
Harga
Rp42.000