“Dita ... a-aku menyesal,” kata cowok itu patah-patah.
Dita menarik napasnya dalam-dalam lalu menepis cekalan tangan Adrian dari sikunya.
“Untuk apa kamu menyesal jika semuanya sudah terjadi? Tak habis pikir aku sampai masih mau mengobrol dengan anak tidak tahu diri sepertimu. Pergi, jangan temui aku lagi!” gertak Dita dan tidak sengaja Adrian melihatnya menitikkan air mata. Alirannya begitu deras seperti tidak mampu dibendung lagi.
Punggungnya perlahan menghilang dari pandangan. Hilang dan benar-benar lenyap. Koridor kembali kosong dan Adrian bertanya-tanya, mengapa Dita sepertinya begitu tertekan? Bukankah ayahnya Adrian yang meninggal? Tetapi mengapa Dita yang sepertinya kehilangan berat?
Ada yang janggal.
Kutipan dari cerpen “Satu Bulan Banjir Hitam” oleh Zhafarina Sagita
Penulis
Jurnalis Sembilan
Penyunting
Tim Ellunar Publisher
Penata Letak
Niken Hapsari Cahyarini
Penata Sampul
Amaris
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2019
xiii+297hlm., 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-623-204-156-1
Cetakan pertama, Juni 2019
Harga
Rp64.000