Ia jatuh hati kepada Kota Antah-berantah. Konon katanya, kota itu merupakan kawah candradimuka bagi mereka yang mencintai tantangan. Menetap di sana berarti telah memilih untuk mengarungi jalur pergulatan hidup. Hanya mereka yang terpilih yang sanggup bertahan.
Melalui surel yang rutin dikirimkannya padaku, Sahabat senantiasa mengatakan bahwa ia tidak pernah berhenti mengagumi keperkasaan kota tersebut. Sahabat menulis kalau Kota Antah-berantah layaknya megalopolitan seperti New York, Shanghai, dan kota besar lainnya. Ia berujar bahwa kali pertama kakinya menginjak kota tersebut, yang terlihat adalah orang-orang yang sibuk berlalu-lalang dan berkonsentrasi pada sesuatu yang tidak pernah berhenti dikejar. Mereka selalu berlomba dengan waktu, khawatir sedetik terlewat yang bisa berarti kiamat bagi hidupnya.
Setiap pekan, Sahabat tidak bosan mengirimiku surel. Isinya itu-itu saja. Antah-berantah merupakan kota yang spektakuler, sampai-sampai kespektakuleran tersebut tidak akan pernah terasa nyata meski melihat langsung dengan mata kepala sendiri.
Sebulan berlalu, surel Sahabat tak ada. Dua bulan berjalan, tidak kunjung ada kabar darinya sampai akhirnya aku bosan menengok surel.
Lalu pada suatu sore, sehabis pulang kerja, aku hendak mengirim beberapa berkas laporan ke beberapa klien ketika kulihat pada kotak masuk, tertera nama Sahabat. Subjek yang tertulis: Kau tidak akan memercayainya.
Memercayai apa? Kehebatan Kota Antah-berantah atau mungkin ia akan menulis bahwa Kota Antah-berantah tengah meningkatkan kuasa dan digdayanya atas kota-kota lain? Aku akui rasa bosan mulai menghinggapi kala Sahabat menyanjung kota itu baik gedungnya, jalanannya, maupun taman kotanya, terlebih para perempuannya.
Lantaran penasaran, aku membuka surel itu. Kubaca perlahan-lahan dari awal hingga akhir. Darahku berdesir. Isinya sungguh di luar dugaan. Tulisan yang disampaikan benar-benar berbeda dengan sebelumnya. Terjadi suatu peristiwa yang membuat Sahabat menulis surel seperti ini.
Cuplikan cerpen Sekeping Lakon di Kota Antah-berantah
Penulis
Monica Novianti
Penyunting
Kania Nabila Fajrianti
Penata Letak
Niken Hapsari Cahyarina
Pendesain Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2018
vii+143hlm., 14.8 x 21 cm
ISBN: 978-602-5778-32-2
Cetakan pertama, Mei 2018
Harga
Rp42.000