Membaca novel Sakura Bersayap seperti tenggelam dalam emosi dan perasaan yang begitu mendalam. Kisah inspiratif sosok Aisyah yang luar biasa sangat direkomendasikan untuk dibaca. (Hanum Rais – Penulis Best Seller Novel “99 Cahaya di Langit Eropa”, “Bulan Terbelah di Langit Amerika” & “Faith and The City”)
Dia banyak bermain simbol yang menghanyutkan. Sejak awal jujur menutupi luka dengan kelembutan bertutur. Aisyah wanita pilihan-Nya, dengan senyum, menyambut, melewati, juga melepas semua lara yang sebenarnya tak pernah dia rasa. Sakura itu adalah Aisyah, sang doktor yang mengabdikan diri sebagai ‘ibu’ bagi sang bunda, juga adik-adik titipan-Nya. Buku penuh cinta ini, mengajari saya secara utuh, tentang ketangguhan hati yang sesungguhnya. (Kirana Kejora - Penulis Best Seller Novel “Air Mata Terakhir Bunda” & “Ayah Menyayangi Tanpa Akhir”)
Blurb:
Sakura yang tercipta tak lantas hanya sebagai figur yang kerap dipuji kecantikan saat musim semi tiba. Namun, Tuhan menciptakannya sebagai makhluk yang mampu menghapus luka lara di setiap masa. Bukan untuk diratapi, karena ini adalah momen berharga untuk selalu bertengadah tangan pada-Nya. Dan dengan sayap itu membuat ia hadir di setiap sesi kehidupan sebagai kekuatan untuk bertahan.
“Ayah saya sudah meninggal sejak saya masih kecil, Pak.”
“Ibumu?”
“Mama saya …” Aisyah meneteskan air mata di depan Pak Dekan Fakultas Perikanan dan tamu-tamu undangan lain. Ia menahan ludah dalam-dalam, menutup semua pintu yang bisa membangkitkan gejolak tangis hati agar tak semakin membuat dada sesak.
Layu pasti datang, namun kehendak Sang Pengatur Kehidupan membuatnya tetap segar sampai kapan pun. Aisyah, sosok nyata yang Tuhan hadirkan. Meskipun harus mengoyak hati, jiwa, dan raga, ia harus berada di garda depan untuk adik-adik dan sang bunda. Menghabiskan sekian tahun hidup di tanah rantau Negeri Matahari Terbit, menyelesaikan jenjang pendidikan doktoral, hanyalah salah satu babak dari sesi kehidupannya.
Kemuliaan bukan milik para pemangku jabatan tinggi, namun hak bagi sosok yang layak mendapat sanjungan para penduduk langit. Sekalipun jatuh dalam kubangan lumpur membuatnya kotor dalam kumuh, sesuatu itu akan tetap bernilai, tanpa keniscayaan, karena hak prerogatif Ilahi itu mutlak adanya.
Penulis
Elya Mufidah binti Syakroni
Penyunting
Nisaul Lauziah Safitri
Penata Letak
Yuniar Retno Wulandari
Pendesain Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2018
vi+255hlm., 14.8 x 21 cm
ISBN: 978-602-5514-41-8
Cetakan pertama, Januari 2018
Harga
Rp65.000