Bahkan sekarang, aku tak bisa lagi untuk melakukan hal yang sama. Aku bahkan tak bisa lagi untuk sekadar duduk berdua saja dengannya di sebuah café. Aku tak bisa lagi untuk menikmati senyumannya sendirian. Ya, sahabatku beruntung. Dia, (Aluna, 2012)
···
Perempuan itu, dia hanya butuh dipeluk tanpa perlu ditanya saat dia sedih, ketakutan, kecewa, dan menangis. Perempuan itu bukan untuk kau bentak seperti tadi, jawabanku dari semua pertanyaanmu tadi adalah; Ya, aku... (Bayu, 2012)
···
Cukup aku yang merasakannya, kamu jangan. Karena mencintai sepihak itu, SAKIT! (Aluna, 2012)
···
Dasar cewek brandal, gak laku di kalangan sebaya cari yang lebih kecil biar bisa dikibulin sama rayuannya. Lihat saja nanti, dia akan sadar sama ketololannya mau sama kamu. (Mama Okta, 2013)
Kesan pertama begitu mengecewakan. Selanjutnya, lebih parah. (Mama Okta, 2013)
Dan suatu saat nanti kamu pasti akan menyadari kekeliruanmu dan kau akan berterima kasih kepada wanita ini. (Mama Okta, 2013)
Kalau dia pergi, dia punya alasan kok. Mau tau alasannya? Karena dia cinta orang tuanya daripada kamu. Lebih baik lukai kamu daripada orang tuanya. Terimalah dengan lapang dada. (Mama Okta, 2013)
···
Seharusnya aku membencinya. Seharusnya aku sangat marah dan penuh kebencian terhadapnya. Tapi, seberapa keras pun aku mencobanya, aku tak bisa membencinya. Bajingan ini... (Aluna, 2014)
Semalam aku bermimpi tentangmu, di sini aku baik-baik saja, bahkan aku masih selalu merindukanmu. Aku ingin meminta maaf soal kejadian beberapa hari yang lalu. Sungguh, aku tak berniat membentakmu, aku terpengaruh. Perempuan itu, (Okta, 2014)
Penulis
Yurahmi Putri
Penyunting
Devi Anugra Pratama
Penata Letak
Yuniar Retno Wulandari
Pendesain Sampul
Hanung Norenza Putra
Bandung; Ellunar, 2016
vi+218hlm., 14.8 x 21 cm
ISBN: 978-602-0805-85-6
Cetakan pertama, November 2016
Harga
Rp55.000