Bismillahirrahmanirrahim.
Di era serba media sosial seperti
sekarang, semakin banyak jalur indie bermunculan di Indonesia. Bukan hanya
musisi yang bisa memilih jalur indie untuk berkarya, penulis juga bisa
menelurkan bukunya melalui jalur indie, salah satunya menggunakan jasa
penerbit indie.
Banyak loh
penulis besar yang mengawali karir menulisnya melalui jalur indie, bukan melalui
penerbit mayor yang umum dikenal banyak orang. Sebut saja Dewi “Dee” Lestari
yang pernah mencetak dan memasarkan buku-bukunya secara indie. Umumnya, penulis
indie ingin bukunya terbit sesuai dengan target waktu, dengan idealisme
sendiri, dan dengan kepercayaan diri yang besar. Semua itu hampir tidak
didapatkan di penerbit mayor yang praktis harus mengikuti selera pasar.
Untuk mengenal
lebih jauh perbedaan
penerbit mayor dan penerbit indie, mari simak perbandingan
keduanya secara umum berdasarkan beberapa
faktor berikut
ini.
1. Jumlah Cetakan
Penerbit mayor: mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama
sekitar 3000-5000
eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku di seluruh
Indonesia.
Penerbit indie: mencetak sesuai pesanan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD (Print on
Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media sosial dan
website atau secara online.
2. Pemilihan Naskah yang Diterbitkan
Penerbit mayor: harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan
sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor
mencetak bukunya secara masal 1000-5000 eksemplar. Mereka akan ekstra
hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan mengambil
risiko untuk menerbitkan setiap
naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin lama semakin
ketat, harus mengikuti selera pasar,
dan tingginya tingkat penolakan.
Penerbit indie: tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya
yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta—karya sendiri,
tidak plagiat—serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah
tersebut pasti diterbitkan. Penerbit indie adalah alternatif baru bagi para
penulis untuk membukukan tulisannya.
3. Profesionalitas
Penerbit mayor: terjamin dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.
Penerbit indie: profesional, tapi sering
disalahartikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie
asal-asalan:
asal cetak-jadi-jual. Cara membedakannya mudah kok. Sebagai penulis harus jeli memilih
penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih
belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian
awal sebuah penerbitan.
Penerbit indie seperti Ellunar Publisher membantu para
penulis indie untuk menerbitkan bukunya sesuai harapan penulis. Tanpa bergantung
dari selera pasar ataupun target penjualan, Ellunar Publisher menerbitkan
buku-buku penulis indie dengan standar terbit yang mumpuni.
4. Waktu Penerbitan
Penerbit mayor: umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan
dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau
waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena
penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur yang harus
mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko
buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai
target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh
penerbit.
Penerbit indie: memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan
minggu bukumu sudah bisa terbit. Ini terhitung sangat cepat karena memang penerbit
indie tidak
fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini-itu. Penerbit
indie
menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya
yang layak diterbitkan sehingga penerbit indie tidak memiliki pertimbangan rumit
dalam menerbitkan buku.
5.
Royalti
Penerbit mayor: secara internasional royalti berkisar antara 6%-12% tergantung
reputasi penulis. Namun, banyak juga penerbit yang mematok royalti semua penulisnya sama sebesar 10%. Biasanya dikirim
kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan
buku.
Penerbit indie: umumnya 10%-15%. Khusus di Ellunar Publisher, kami menawarkan royalti di atas 15% untuk setiap buku yang terjual. Penulis
dapat mengajukan sendiri kisaran royalti yang diinginkan jika diperlukan. Kami akan langsung mengirimkan
royalti tersebut kepada penulis sekalipun hanya ada satu buku yang terjual
melalui ATM BCA/Mandiri.
6. Biaya penerbitan
Penerbit mayor: gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung
menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka.
Patut
dimaklumi jika
penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan
sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di
pihak penerbit. Apalagi untuk penulis pemula yang benar-benar belum pernah
menuai prestasi atau mengukir namanya di kancah penghargaan penulisan, memang akan sulit untuk menembus approval mereka.
Penerbit indie: bayar. Khusus Ellunar kami menawarkan harga promo sebesar
Rp350.000 hingga akhir Oktober 2015. Mengapa harus bayar? Karena kami adalah penerbit indie
yang mengeluarkan biaya sendiri untuk menerbitkan buku-buku penulis kami. Kami
adalah platform yang bisa dianggap sebagai rekan kerja para penulis.
Keuntungannya, dengan sejumlah biaya yang sudah dibayarkan itu, penulis bisa
mengusulkan sendiri royalti yang ingin diterimanya nanti, prosesnya
pun terbilang sangat cepat jika dibandingkan penerbit mayor, dan diolah tanpa
mengganggu karya aslinya.
Semoga penjelasan singkat di atas
cukup untuk membuat pemahaman penulis menjadi semakin baik. Jika masih belum
mengerti benar, silakan googling
mengenai penerbit indie di Indonesia ya. Jika ingin tahu lebih jauh tentang
buku-buku terbitan Ellunar Publisher, dapat dilihat di seluruh media sosial dan
website kami atau kontak kami melalui WhatsApp +62 896-8530-9651 atau LiNE
@ellunar (harus pakai @).
Best Regards,
Ellunar
Alhamdulillahi rabbil al amin.